عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ
بِالنِّيَّاتِ وَ إِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ
هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَ رَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَ
رَسُوْلِهِ، وَ مَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ
امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
رواه إماما المحدثين أبو عبد
الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري و ابو
الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما
أصح الكتب المصنفة
Dari Amīr al-Mu’minīn, Abū Hafsh ‘Umar bin al-Khaththāb, dia menjelaskan bahwa dia mendengar Rasulullah r bersabda:
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada
niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan
niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka
hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya
karena urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita
yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang
diniatkannya tersebut” (Muttafaqun 'alaih)
Niat merupakan pondasinya Amal. Jikalau ada niat baik dibarengi
dengan amal walaupun sedikit maka akan mengangkatnya pada derajat yang
lebih tinggi, namun jikalau ada niat jelek dibarengi dengan amal shalih
sebanyak apapun maka tidak ada gunanya sama sekali dan amalnya tersebut
laksana debu yang berterbangan lenyap tanpa bekas sama sekali. Allah
Ta'ala berfirman,
"Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu
kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. ( QS. Al Furqan : 23)
Lihatlah akan kemurahan Allah Ta'ala kepada kita. Seseorang yang berniat mengerjakan suatu kebaikan, kemudian ia tak jadi melakukannya, maka Allah mencatatnya sebagai kebaikan baginya. Bila ia jadi melakukannya, maka pahalanya akan berlipatganda menjadi sepuluh, seratus, tujuh ratus atau lebih banyak dari itu, tergantung kehendak Allah disesuaikan dengan niatnya dan keikhlasannya. Dan jika ia berniat melakukan perbuatan buruk, kemudian ia benar-benar melakukannya, maka hanya dicatat baginya satu keburukan, tak lebih dari itu. Adapun jika ia tidak jadi melakukannya maka sunnguh Allah akan mencatatnya sebagai kebaikan baginya, sebab meninggalkan perbuatan buruk adalah merupakan sebuah kebaikan.
Maka hendaklah setiap diri memaksimalkan kesempatan yang ada untuk
selalu mengamalkan kebaikan-kebaikan yang dimulai dengan niat yang
ikhlas karena Allah. Hendaklah kita selalu memperbaharui niat kita,
sebab terkadang niat kita ini mudah berubah menjadi jelek tergantung
bagaimana kondisi hati kita, karena niat tempatnya adalah di hati.
Hendaklah kita selalu menjaga niat kita dari apa-apa yang dapat
merusaknya. Niat seorang mukmin itu lebih baik daripada amalnya itu
sendiri, sebab kebaikan yang bisa ia niatkan itu bisa lebih banyak
daripada kemampuannya untuk merealisasikannya dalam waktu yang terbatas
dan juga harta yang terbatas.
Langkah pertama yang harus dilakukan untuk menggapai istiqamah adalah memperbaiki niat agar semata-mata ikhlas karena Allah. Dengan begitu amalnya pun akan mengangkat si pelakunya kepada derajat yang tinggi disebabkan keikhlasannya dalam beramal.
Namun niat baik itu tidak akan mampu untuk merubah kemaksiatan, semisal " ada seorang pencuri, akan tetapi ia mencuri itu karena untuk membantu orang miskin, mungkin kalau menurut akal itu ada benernya juga namun tetap saja itu adalah pebuatan maksiat yang diharamkan.
Dalam perkara yang mubah semisal mengistirahatkan diri, jika tanpa disertai dengan niat maka tidak ada bagi pelakunya dosa maupun pahala, namun jika diniatkannya agar dapat mempersiapkan perbuatan taat pada Allah, maka aktivitas mengistirahatkan diri itu pun berubah menjadi sebuah bentuk ibadah.
Oleh karenanya hendaknya setiap kita selalu mewaspadai niat yang akan keluar dari dalam hati ini, sebab niat lah awal dari setiap perbuatan. karenanya marilah kita belajar beristiqamah untuk menempatkan niat pada perkara-perkara yang baik lagi diridhai oleh Allah SWT. Insyaallah...
Langkah pertama yang harus dilakukan untuk menggapai istiqamah adalah memperbaiki niat agar semata-mata ikhlas karena Allah. Dengan begitu amalnya pun akan mengangkat si pelakunya kepada derajat yang tinggi disebabkan keikhlasannya dalam beramal.
Namun niat baik itu tidak akan mampu untuk merubah kemaksiatan, semisal " ada seorang pencuri, akan tetapi ia mencuri itu karena untuk membantu orang miskin, mungkin kalau menurut akal itu ada benernya juga namun tetap saja itu adalah pebuatan maksiat yang diharamkan.
Dalam perkara yang mubah semisal mengistirahatkan diri, jika tanpa disertai dengan niat maka tidak ada bagi pelakunya dosa maupun pahala, namun jika diniatkannya agar dapat mempersiapkan perbuatan taat pada Allah, maka aktivitas mengistirahatkan diri itu pun berubah menjadi sebuah bentuk ibadah.
Oleh karenanya hendaknya setiap kita selalu mewaspadai niat yang akan keluar dari dalam hati ini, sebab niat lah awal dari setiap perbuatan. karenanya marilah kita belajar beristiqamah untuk menempatkan niat pada perkara-perkara yang baik lagi diridhai oleh Allah SWT. Insyaallah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar