Bismillahirrahmaanirrahiim Laa haula walaa quwwata illaa billah

Selasa, 18 September 2012

TAQWA


Dari Mu’az bin Jabal Ra. Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda :
“ Bertaqwalah kepada Allah di mana saja kalian berada. Dan ikutilah perbuatan buruk itu dengan perbuatan baik, niscaya ia akan menghapusnya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlaq yang baik.” (HR. Tirmidzi, dan ia berkata “Hadits hasan”)
Allah Ta’ala juga memotivasi kita di berbagai ayat dalam Al Quran, agar kita selalu bertaqwa :             
 
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.”
( Ali Imran : 102)
 
“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; Sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).” (Al Hajj : 1)
 
“Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”( Al Ahzab : 1)
Kata at taqwa adalah pecahan kata dari al wiqayah. Takwa adalah keta’atan kepada Allah dengan dilandasi rasa takut terhadap siksa-Nya.
Hendaklah seoarang muslim berdoa kepada Allah, agar Dia senantiasa menjaganya dari terjerumus kepada keburukan dan dosa-dosa. Bukankah kita selalu berdoa kepada Allah di setiap rakaat dalam shalat :
 
“Tunjukilah Kami jalan yang lurus.” (Al Fatihah : 6)


Rasulullah Saw juga biasa berdoa :
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketaqwaan, kesucian dan kekayaan.” (Diriwayatkan oleh Muslim, dari hadits Abdullah bin Mas’ud Ra.)
Sesungguhnya tempatnya taqwa itu adalah di dalam hati. Namun, indikasi yang disembunyikan di dalam hati adalah terlihat dalam amalan-amalan lahiriah dengan panca indra. Barangsiapa yang mengaku bertaqwa, namun amalnya bertentangan dengan ucapannya, sungguh ia telah berdusta. Kadar kewajiban ketaqwaan yang dibebankan Allah kepada seseorang juga berbeda-beda, sesuai dengan kemampuannya. Allah Ta’ala berfirman, “Maka bertaqwahlah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu….”        (At Taghabun : 16)
Jalan yang mengantarkan menuju ketaqwaan adalah selalu mengawasi diri dan mencegahnya dari mengikuti hawa nafsu yang bertentangan dengan perintah-perintah Allah Ta’ala. Dan, agar ia selalu patuh terhadap apa-apa yang telah diperintahkan dan tidak melalaikannya, baik dalam bentuk mentaati perintah Allah atau menjauhi semua larangan-Nya. Allah Ta’ala berfirman :
ž    
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, Maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.”
( Al A’raf : 201)










IKHLAS


       Ikhlas menurut bahasa adalah sesuatu yang murni yang tidak tercampur dengan hal-hal yang bisa mencampurinya.
Sedangkan menurut istilah adalah menjadikan tujuan amal hanya untuk Allah semata tanpa disertai selain Allah.
Ikhlas merupakan syarat agar amal shalih bias diterima oleh Allah Ta’ala. Allah berfirman :


98:5

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.(Al Bayyinah : 5)
Sesungguhnya indikasi sempurnanya keyakinan dengan persaksian bahwa tiada ilah selain Allah adalah hendaknya seseorang selalu berniat tatkala melakukan kebaikan semata-mata karena Allah, dan tatkala meninggalkan suatu perbuatan juga karena Allah. Dan ia tidak terpengaruh dalam melakukan suatu amalan, baik saat terdapat banyak manusia atau saat mereka tidak ada. Sungguh, Allah tidak memiliki kepentingan dengan beribadahnya seseorang hamba kepada-Nya, dan Dia tidak membutuhkan sekutu-sekutu. Hendaklah seorang muslim selalu memantau niatnya dan tujuannya dalam setiap amalan. Jika terdapat sekutu dalam niatnya bersama Allah Ta’ala, maka hendaklah ia memperbaiki niatnya, agar ikhlas karena Allah.
Seorang mukmin hendaklah menjadikan amalnya terbebas dari sikap riya’ atau agar dipuji oleh orang lain. Yakni berusaha melakukan amalan-amalan secara tersembunyi, yang tidak akan diketahui oleh siapapun kecuali Allah semata. Seperti sedekah sirri (secara diam2) atau shalat tahajjud yang dilakukan sendirian atau kebaikan-kebaikan yang lainnya. Namun apabila ia tidak bisa menghindar dari amalnya dilihat oleh orang hendaklah ia berusaha agar amalnya itu benar-benar karena Allah Ta’ala. Itu adalah upaya lain agar dapat meniti di atas jalan istiqamah.
Insyaallah jika niat sudah benar dan ikhlas karena Allah, maka amalan baik apapun yang diperintahkan oleh Allah atau larangan apapun yang harus ditinggalkan maka tidak akan menjadi beban baginya, melainkan akan menambah keimanannya kepada Allah SWT.




Sabtu, 28 Juli 2012

KONSEP PERJUANGAN MT UNTUK MENEMUKAN KEBENARAN

           Akhir-akhir ini banyak kita lihat kelompok-kelompok yang mengajak orang untuk mengamalkan islam dengan sebenar-benarnya, tetapi sayangnya mereka tidak komprehensif (menyeluruh/lengkap)dalam mengambil dalil, cendrung mereka hanya mengambil dalil dari ulama mereka saja atau sebagian-sebagian saja sehingga mereka taklid buta dan membela dengan sungguh-sungguh pendapat dari guru mereka dan cendrung merasa kelompoknya lah yang paling benar. Padahal islam mengajarkan kita untuk selalu meneliti dan menyaring informasi yang pada dasarnya kita belum mengenal orang itu atau kelompok itu, tetapi faktanya berapa banyak anak muda yang diberikan oleh Allah akal yang sehat tetapi tidak digunakan untuk berfikir lebih dalam tentang

Jumat, 27 Juli 2012

ISTIQAMAH UNTUK IKHLAS



Ikhlas menurut bahasa adalah sesuatu yang murni yang tidak tercampur dengan hal-hal yang bisa mencampurinya.
Sedangkan menurut istilah adalah menjadikan tujuan amal hanya untuk Allah semata tanpa disertai selain Allah.
Ikhlas merupakan syarat agar amal shalih bias diterima oleh Allah Ta’ala. Allah berfirman :
 

وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.(Al Bayyinah : 5)
       Sesungguhnya indikasi sempurnanya keyakinan dengan persaksian bahwa tiada ilah selain Allah adalah hendaknya seseorang selalu berniat tatkala melakukan kebaikan semata-mata karena Allah, dan tatkala meninggalkan suatu perbuatan juga karena Allah. Dan ia tidak terpengaruh dalam melakukan suatu amalan, baik saat terdapat banyak manusia atau saat mereka tidak ada. Sungguh, Allah tidak memiliki kepentingan dengan beribadahnya seseorang hamba kepada-Nya, dan Dia tidak membutuhkan sekutu-sekutu. Hendaklah seorang muslim selalu memantau niatnya dan tujuannya dalam setiap amalan. Jika terdapat sekutu dalam niatnya bersama Allah Ta’ala, maka hendaklah ia memperbaiki niatnya, agar ikhlas karena Allah.
       Seorang mukmin hendaklah menjadikan amalnya terbebas dari sikap riya’ atau agar dipuji oleh orang lain. Yakni berusaha melakukan amalan-amalan secara tersembunyi, yang tidak akan diketahui oleh siapapun kecuali Allah semata. Seperti sedekah sirri (secara diam2) atau shalat tahajjud yang dilakukan sendirian atau kebaikan-kebaikan yang lainnya. Namun apabila ia tidak bisa menghindar dari amalnya dilihat oleh orang hendaklah ia berusaha agar amalnya itu benar-benar karena Allah Ta’ala. Itu adalah upaya lain agar dapat meniti di atas jalan istiqamah.
      Insyaallah jika niat sudah benar, ikhlas karena Allah, maka amalan baik apapun yang diperintahkan oleh Allah atau larangan apapun yang harus ditinggalkan maka tidak akan menjadi beban baginya, melainkan akan menambah keimanannya kepada Allah SWT.




Rabu, 25 Juli 2012

NIAT

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَ إِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَ رَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَ رَسُوْلِهِ، وَ مَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
          رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري و ابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة

Dari Amīr al-Mu’minīn, Abū Hafsh ‘Umar bin al-Khaththāb, dia menjelaskan bahwa dia mendengar Rasulullah r bersabda:
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut” (Muttafaqun 'alaih) 
    Niat merupakan pondasinya Amal. Jikalau ada niat baik dibarengi dengan amal walaupun sedikit maka akan mengangkatnya pada derajat yang lebih tinggi, namun jikalau ada niat jelek dibarengi dengan amal shalih sebanyak apapun maka tidak ada gunanya sama sekali dan amalnya tersebut laksana debu yang berterbangan lenyap tanpa bekas sama sekali. Allah Ta'ala berfirman, 
"Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. ( QS. Al Furqan : 23)
    

Senin, 23 Juli 2012

KEHARUSAN MENUNTUT ILMU

      Ilmu hal yang paling urgen dalam kehidupan, karena dengan ilmu orang akan bahagia. Orang yang berilmu maka setiap pekerjaannya sesuai dengan yang sebenarnya. Dan tidak pernah bingung dalam setiap menghadapi segudang permasalahan. Beda dengan orang bodoh, ia hidup dilam kegelisahan dan kesengsaraan. Bagaimana tidak, apa yang dikerjakannya ia sendiri tidak tahu benar atau salah, bahkan ia menganggap pekerjaan yang salah dianggapnya sudah sempurna. 

        Maka tidaklah sama orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu, sesuai firman Allah ta’ala: "Katakanlah (wahai Muhammad) tidaklah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Q.S. az-Zumar:9)" Maka wajiblah atas setiap mukallaf (baligh dan berakal) untuk mempelajari kadar ilmu agama yang ia butuhkan seperti dasar-dasar aqidah(keyakinan), bersuci, sholat, puasa, zakat, bagi yang wajib mengeluarkannya, haji bagi yang mampu, maksiat-maksiat hati, tangan, mata, dan lain-lain. 

     Dan menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim baik laki-laki dan perempuan dengan tidak membedakan apakah dia itu muda atau tua. Hal ini sesuai dengan sabda rasul: " طلب العم فريضة عل كلي مسلم "(رواه البيهقي) Maknanya: “Menuntut ilmu agama (yang pokok) adalah wajib atas setiap muslim (laki2 dan perempuan) (H.R. al Baihaqi) Maka dari itu dalam menuntut ilmu agama kita harus berhati-hati karena banyak sekarang orang yang berpenampilan seperti syekh atau ustadz dengan segala atributnya, padahal yang ia sampaikan bersebrangan dengan apa yang telah diajarkan oleh rasulullah dan para sahabatnya. 

        Maka dalam memelih seorang guru agama kita haruslah berhati-hati. Didalam islam kita mengenal dengan istilah talaqqi, yaitu belajar dari seorang guru dan gurunya itu punya guru dan gurunya itu lagi punya guru sehingga jika disambung terus maka akan sampailah kepada rasulullah, cara menuntut ilmu seperti inilah yang benar karena guru tersebut mendapatkan ilmu seperti apa yang diajarkan oleh rasulullah dan para sahabatnya yang nasabnya terus bersambung dan seperti inlah ulama ahlussunnah belajar. Mudah-mudahan kilasan keharusan menuntut ilmu ini dapat diambil manfaatnya, amin.

Aqidah Yang Selamat

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam semoga tercurah atas Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya. Seiring merebaknya berbagai faham yang menyimpang dikalangan masyarakat kita, seperti tasybih (mnyerupakan Allah dengan makhluk-Nya), takfir (pengkafiran) tanpa alasan,pengingkaran terhadap empat madzhab dan lain-lain. Maka pemahaman dan pengajaran aqidah ahlussunnah waljama'ah harus kembali ditekankan. Karena aqidah ini adalah aqidah mayoritas umat islam, dari masa Rasulullah hingga kini, aqidah golongan yang selamat (al Firqah an Najiyyah). Karena itulah para ulama empat madzhab menulis bebagai karya, dari mulai tulisan mukhtasharat (ringkasan) hingga muthawwalat (buku2 besar) dalam menerangkan aqidah Ahlussunnah ini. Aqidah sunniyyah adalah aqidah yang telah disepakati